NOVEL
"NEGERI 5 MENARA"
(MAN JADDA WA JADAA)
Di kisahkan dalam novel ini ada seorang anak bernama "Alif", dia orang padang, sumatera barat. Ketika sudah lulus smp alif ingin melanjutkan sekolah nya di bandung, lalu berencana masuk ITB. Tetapi kedua orang tua alif ini enggan untuk menyekolahkan anaknya di sekolahan yang umum, mereka inginkan alif untuk menjadi seorang yang alim dalam ilmu agamanya, karena orangtua alif ini menganggap bahwa pemuda sekarang ini tidak ada yang menjadi penerus keagamaan, oleh karena itu orang tua alif ini menyekolahkan alif ke ponorogo tepatnya di Pondok Pesantren Madani.
Alif akhirnya menuruti kemauan orangtua nya setelah dia merenungi dalam-dalam, dan menghapus dalam-dalam keinginan nya untuk melanjutkan studinya ke ITB. Singkat cerita sampailah alif dan ayahnya ke Ponpes Madani, disana pendaftar banyak sekali bisa mencapai ribuan tapi pondok hanya menampung siswa-siswinya sesuai target ratusan saja, ditambah harus dengan mengikuti ujian masuk terlebih dahulu. Akhirnya dengan susah payah alif mengerjakan soal ujian itu dengan menggunakan pena pemberian ayahnya yang turun-temurun dari kakeknya.
Sehari setelah ujian itu berlangsung, akhirnya alif lulus ujian masuk pesantren, ayahnya sangat bahagia sekali melihat hasil dari pengumuman tersebut. Setelah melihat anak nya lulus ujian masuk ayah alif langsung bergegas pulang ke rumahnya di Sumatera Barat, alif pun memeluk erat ayah nya dengan perasaan terharu karena akan di tinggal oleh keluarganya untuk menetap di pondok.
Santri baru pun mulai dikenalkan dengan sistem pondok yang sangat penuh dengan kedisiplinan, mulai dari waktu mengaji, ekstrakulikuler, dan kegiatan yang lainnya. Alif pun mulai berkenalan dengan teman barunya yang berasal dari berbagai pelosok daerah di indonesia diantaranya ( Baso, Said, Raja lubis, Atang, Dulmajid). Sehari setelah pengenalan pondok hari pertama sekolah pun sudah di mulai, pelajaran pertama yaitu bahasa arab, guru arab (ustd. Salman) ini mengajarkan kepada kami untuk giat menuntut ilmu dan jangan mudah menyerah dengan istilah "MAN JADDA WAJADA" (barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti ia akan berhasil).
Selang hampir satu bulan di pondok mereka (Alif, Baso, Raja lubis, Said, Atang, Dulmajid) semakin erat rasa kebersamaan mereka atau kekeluargaan mereka semakin tinggi, jika ada satu orang teman merasa kesusahan mereka yang lain langsung sigap membantu dan menyelesaikannya. Singkatnya ketika itu genset pondok (sumber utama listrik) selalu mengalami mogok alhasil sangat mengganggu kenyamanan belajar santri dan ustadz yang lainnnya mereka mempunyai inisiatif untuk memperbaikinya. Akhirnya keinginan mereka tercapai dan genset pondok baik seperti semula lagi tanpa ada kata mogok.
Alif mengikuti kegiatan ekstra menjadi seorang jurnalis pondok, prestasi yang mengagumkannya adalah ia mampu mewawancarai pengasuh pondok yaitu KH. Rais, alhasil ia mendapatkan informasi tentang pondok dan ustadz-ustadznya. Kebiasaan Alif dan teman-temannya ini adalah mereka sering berteduh di bawah menara pondok dan memikirkan impian mereka masing-masing, ada yang bermimpi jadi fotografer internasional, menjadi pakar agama, dll.
Singkat cerita, Alif dan kawan-kawannya sukses meraih semua impian mereka , Alif sendiri ia menjadi jurnalis di VOA, dan teman-temannya sukses menjadi pakar metode belajar alqur'an di jakarta.
PESAN MORAL
- Sosok Alif dia sangat mengormati dan memuliakan keputusan orangtuanya
2. Pondok Pesantren sarana pembentuk kedisiplinan dan akhlak
3. Mereka selalu taat dan melaksanakan perintah Kiyai & Ustadznya
4. Mereka tidak takut untuk bercita-cita tinggi
5. Rasa kekeluargaan mereka tinggi
6. Tidak takut menghadapi masalah & selalu mencari solusi dari masalah itu
7.

Komentar
Posting Komentar