Bandotan
Bandotan (Ageratum
conyzoides) adalah sejenis gulma pertanian anggota suku Asteraceae. Terna semusim ini berasal
dari Amerika
tropis, khususnya Brazil, akan tetapi
telah lama masuk dan meliar di wilayah Nusantara. Disebut juga sebagai babandotan
atau babadotan (Sd.); wedusan
(Jw.); dus-bedusan (Md.); rumput balam (Ptk.);
serta Billygoat-weed, Goatweed, Chick weed, atau Whiteweed
dalam bahasa Inggris,
tumbuhan ini mendapatkan namanya karena bau yang dikeluarkannya menyerupai bau kambing.
Pemerian botanis
Terna berbau keras, berbatang tegak atau
berbaring, berakar pada bagian yang menyentuh tanah, batang gilig dan berambut jarang, sering
bercabang-cabang, dengan satu atau banyak kuntum bunga majemuk yang terletak di
ujung, tinggi hingga 120 cm. Daun-daun
bertangkai, 0,5–5 cm, terletak berseling atau berhadapan, terutama yang
letaknya di bagian bawah. Helaian daun bundar telur hingga menyerupai belah ketupat, 2–10 × 0,5–5 cm; dengan
pangkal agak-agak seperti jantung, membulat atau
meruncing; dan ujung tumpul atau meruncing; bertepi beringgit atau bergerigi;
kedua permukaannya berambut panjang, dengan kelenjar di sisi bawah.
Bunga-bunga dengan kelamin yang sama
berkumpul dalam bongkol rata-atas, yang selanjutnya (3 bongkol atau lebih)
terkumpul dalam malai rata terminal.
Bongkol 6–8 mm panjangnya, berisi 60–70 individu bunga,
di ujung tangkai yang berambut, dengan 2–3 lingkaran daun pembalut yang lonjong
seperti sudip yang meruncing. Mahkota dengan tabung
sempit, putih atau ungu. Buah kurung (achenium) bersegi-5,
panjang lk. 2 mm; berambut sisik 5, putih.
Penyebaran dan ekologi
Tumbuhan ini menyebar luas di seluruh wilayah tropika, bahkan hingga subtropika. Didatangkan ke Jawa
sebelum 1860, kini gulma ini telah menyebar luas di Indonesia. Di Amerika Selatan, tumbuhan ini malah
dibudidayakan; menurut catatan sejarah, bandotan memang didatangkan dari Meksiko.
Bandotan sering ditemukan sebagai tumbuhan pengganggu di sawah-sawah
yang mengering, ladang, pekarangan, tepi jalan, tanggul, tepi air,
dan wilayah bersemak belukar. Ditemukan hingga ketinggian 3.000 m, terna ini
berbunga sepanjang tahun dan dapat menghasilkan hingga 40.000 biji
per individu tumbuhan. Karenanya, gulma ini dirasakan cukup mengganggu di
perkebunan.
Di
luar Indonesia, bandotan juga dikenal sebagai gulma yang menjengkelkan di Afrika, Asia Tenggara, Australia, serta di Amerika Serikat.
Manfaat
Di Bogor, babadotan dikenal
luas sebagai obat luka. Caranya, dengan menumbuk bandotan dan dicampur dengan minyak goreng, dan dipergunakan untuk obat
luar saja. Menurut Heyna, daun tumbuhan ini diremas-remas, dicampur dengan kapur,
dioleskan pada luka yang masih segar. Rebusan dari daun juga digunakan untuk
obat sakit dada, sementara ekstrak daunnya untuk obat mata yang panas. Akar
yang ditumbuk dioleskan ke badan untuk obat demam; ekstraknya dapat diminum. Daunnya
bisa dijadikan obat tetes mata, dengan jalan
menumbuknya; air tumbukan tersebut, bisa diteteskan ke mata
untuk cuci mata. Cara ini umum di Pantai Gading. Di sana pula, bandotan
dipergunakan untuk sakit perut, penyembuhan luka,
dan untuk menyembuhkan patah tulang.
Zat yang terkandung dalam babadotan yang dilaporkan pada
tahun 1987 adalah sebagai berikut: minyak esensial, alkaloid, dan kumarin. Meski demikian, tumbuhan ini juga
memiliki daya racun. Di Barat, bandotan juga dimanfaatkan sebagai insektisida dan nematisida. Sementara, penelitian lain
menemukan bahwa bandotan dapat menyebabkan luka-luka pada hati
dan menumbuhkan tumor. Tumbuhan ini mengandung alkaloid pirolizidina.
Komentar
Posting Komentar